MAKALAH
PERIODESASI
DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Di susun untuk memenuhi mata kuliah
ILMU PENDIDIKAN
ISLAM
Yang di bina oleh Bapak: Zainuddin Syarif, DR. M.AG
Disusun oleh :
R. Ali Mahdum Dafir (18201301030169)
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDY BAHASA INGGRIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PAMEKASAN
2014/2015
KATA PENGANTAR
Segala puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan hidayah untuk
berfikir sehingga dapat melaksanakan tugas untuk pembuatan makalah dalam upaya
untuk memenuhi syarat dalam mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang
berjudul Periodesasi dalam Pendidikan Islam.
Ucapan terima kasih tak luput kami sampaikan pula
kepada berbagai pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini. Terutama
kepada Bapak Zainuddin Syarif, DR. M.AG sebagai dosen pengampu mata kuliah ILMU
PENDIDIKAN ISLAM yang telah membina dan menuntun kami untuk bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Atas jasanya semoga Allah SWT memeberikan imbalan dan makalah
ini semoga dapat bermanfaat bagi teman sekalian dan kami minta maaf sebelumnya
kepada Dosen, apabila ini masih belum mencapai sempurna kami sangat berharap
atas kritik dan saran-sarannya yang sifatnya membangun tentunya.
Pamekasan, 21 Juni 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang............................................................................................. 1
2. Rumusan masalah........................................................................................ 1
3. Tujuan Masalah............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Islam masa Pra Konsepsi....................................... 3
B. Pengertian Pendidikan Islam masa Pranatal (Tarbiyah Qabl Al-Wiladah).. 4
C. Pengertian Islam masa Pascanatal (Tarbiyah Ba’da Al-Wiladah ................ 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses
pembentukan karakter manusia. Sebagai suatu proses, pendidikan tidak hanya
berlangsung pada suatu saat saja. Tetapi proses pendidikan harus berlangsung
secara berkelanjutan. Dari sini lah kemudian muncul istilah pendidikan
sepanjang hayat (life ling education), dan ada juga yang menyebut pendidikan
terus menerus (continuing education).
Istilah islam sendiri telah
menggariskan tentang proses pendidikan sepanjang hayat. Dalam suatu riwayat,
Rasulullah SAW bersabda: “tuntutlah ilmu sejak masih dalam ayunan hingga
dimasukkan dalam liang kubur”. Bahkan bila diteliti labih jauh lagi, ternyata
ditemukan beberapa ayat al-qur’an dan hadist Rasulullah yang
tampak memberikan isyarat adanya proses pendidikan. Menurut hadist pemilihan
jodoh (suami/istri) sebagai awal proses pendidikan, atau setidak-tidaknya
dianggap sebagai masa persiapan proses pendidikan. Begitu pula akhir dari
proses pendidikan pada saat berpisahnya nyawa dengan badan.
Karena perjalanan manusia melalui
tahapan-tahapan tertentu, maka pembahasan tentang pendidikannya harus
difokuskan pada tahapan-tahapan tersebut, yang biasanya disebut dengan
priodesasi pendidikan islam. Adapun priode pendidikan islam dimaksud ialah: (1) Pendidikan Islam masa Pra Konsepsi, (2)
Pendidikan Islam masa Pranatal (Tarbiyah Qabl Al-Wiladah), (pemilihan jodoh, pernikahan,
kehamilan)
dan (3) Pendidikan Islam masa Pascanatal (Tarbiyah Ba’da Al-Wiladah) (pendidikan bayi, kanak-kanak,
anak-anak, dan dewasa).
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Pendidikan Islam masa Pra Konsepsi ?
2. Apa itu Pendidikan Islam masa Pranatal
(Tarbiyah Qabl Al-Wiladah) ?
3. Pendidikan
Islam masa Pascanatal (Tarbiyah Ba’da Al-Wiladah ?
C.
TUJUAN
PENULISAN
Untuk mengetahui Periodesasi
Pendidikan Islam,
Yang dibagi menjadi tiga,
yaitu: Pendidikan Islam masa Pra
Konsepsi, Pendidikan
Islam masa Pranatal (Tarbiyah Qabl Al-Wiladah)
Dan Pendidikan Islam masa Pascanatal
(Tarbiyah Ba’da Al-Wiladah). Dan menjelaskan pembagian-pembagiannya
yaitu Pendidikan Islam masa Pra
Konsepsi, Pendidikan Islam Pranatal (tarbiyah Qabl Al-Wiladah) dan Pendidikan
Islam masa Pascanatal (Tarbiyah Ba’da Al-waladah)
|
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan Islam masa Pra Konsepsi
Pendidikan pra
konsepsi ini adalah salah satu upaya persiapan pendidikan yang dimulai ketika
seseorang memilih pasangan hidupnya sampai pada saat setelah terjadinya
pembuahan dalam rahim sang ibu. Dalam kaitannya dengan hal ini, Islam telah
mengajarkan hal-hal berikut :
1.
Dalam memilih pasangan hidup, Islam
mengajarkan agar mengutamakan pengetahuan agamanya yang sama-sama beragama
Islam, dan juga memiliki perangai dan tingkah laku yang baik. Rasulullah SAW bersabda, yang
artinya :
“Wanita
itu dikawini karena empat hal, yaitu karena kekayaannya, kecantikannya,
keturunannya, dan karena agamanya, kamu pasti akan hidup bahagia.”
Berdasarkan hadits ini, sangatlah
jelas bagaimana kita harus memilih calon pasangan hidup. Agama dan akhlak
merupakan dua hal yang paling utama. Setelah kedua hal ini barulah
faktor-faktor lain dipertimbangkan.
2.
Mencari
rizki dan makanan yang halal. Seperti
disebutkan dalam Q.S. An Nahl :114, yang artinya :
“Maka
makanlah yang halal lagi baik
dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah,
jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.”
Apa yang kita konsumsi sehari-hari
itu memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keturunan, baik itu fisik
maupun mental. Selain itu, menurut disiplin ilmu biologi, makanan yang baik dan
bergizi itu memiliki pengaruh yang besra terhadap pematangan ovum dan
spermatozoa yang kemudian akan menjadi janin yang sehat dan kuat.
B.
Pendidikan Islam masa Pranatal (Tarbiyah Qabl Al-Wiladah)
Pendidikan
Pranatal adalah pendidikan sebelum masa melahirkan. Masa ini ditandai dengan
fase pemilihan jodoh, pernikahan, dan kehamilan.
1.
Fase Pemilihan Jodoh
Fase ini adalah
persiapan bagi seseorang yang sudah dewasa untuk menghadapi hidup baru yaitu
berkeluarga. Salah satu pendidikan yang dimiliki oleh seseorang yang sudah
dewasa itu adalah masalah pemilihan jodoh yang tepat. Sebab masalah ini
mempengaruhi terhadap kebahagiaan rumah tangga nantinya.[1]
Menurut R.I
Suhartin, memilih jodoh harus ada syarat dan kriterianya. Kriteria ini dibagi
kepada dua golongan yakni; kriteria umum dan kriteria yang bersifat khusus
(subjektif). Syarat umum adalah bahwa seyogyanya jodoh yang dipilih sudah
dewasa agar tida mengalami kesulitan dalam berkeluarga dan syarat khususnya
tentu sesuai dengan selera masing – masing. Namun syarat yang terpenting adalah
saling mencintai.
Berkenaan
dengan pemilihan jodoh dalam perkawinan, Syariat Islam telah meletakkan kaidah
– kaidah dan hukum – hukum bagi masing – masing pelamar dan yang dilamar, yang
apabila petunjuknya itu dilaksanakan maka perkawinan itu akan berada pada
puncak keharmonisan, kecintaan dan keserasian.
Rasulullah SAW
telah memberikan gambaran dalam hadisnya mengenai pemilihan calon istri atau
suami. Berikut ini adalah beberapa hadis yang berkenaan dengan pemilihan jodoh
di antaranya :
a.
Pemilihan Calon Istri
Sabda Rasululah SAW
Artinya :
Tidak akan saling bercinta-cintaan
dua yang karena Allah SWT., kecuali yang lebih utama antara keduanya yaitu bagi
yang lebih hebat cintanya yang satu terhadap yang lainnya. (HR. Bukhari).
Artinya :
Wanita itu dinikahi karna empat
pertimbangan; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena
agamanya. Dapatkanlah wanita yang memiliki agama, akan beruntunglah kamu. (HR.
Bukhari Muslim).[2]
Artinya :
Dunia ini adalah perhiasan,
sebaik-baiknya perhiasan adalahwanita yang shalehah. (HR. Muslim)[3]
Artinya :
Seleksi untuk air mani (calon istri)
kamu sekalian dan kawinlah oleh kamu sekalian orang-orang yang sama derajatnya
(HR. Daruquthni dan Ibnu Majah).
Artinya :
Kawinlah olehmu sekalian gadis-gadis.
Sebab mereka itu lebih manis pembicaraannya, lebih banyak melahirkan anak,
lebih sedikittuntunan dan tipuanserta lebih menyukai kemudahan. (HR. Ibnu Majah
dan Baihagi).
Dari penjelasan hadis Rasulullah diatas, maka dapatlah
diambil beberapa syarat yang penting untuk memilih calon istri diantaranya:
1. Saling mencintai antara calon kedua
menilai.
2. Memilih wanita karena agamanya agar
nantinya mendapat berkah dari Allah SWT.
3. Wanita yang sholehah.
4. Sama derajatnya dengan calon
mempelai.
5. Wanita yang hidup di lingkungan yang
baik.
6. Wanita yang jauh keturunannya dan
jangan memilih wanita yang dekat sebab dapat menurunkan anak yang lemah jasmani
dan bodoh.
7. Wanita yang gadis dan subur (bisa
melahirkan)[4]
b.
Pemilihan Calon Suami
Tidak banyak hadits yang menyebutkan tentang pemilihan calon
suami sebagaimana halnya memilih calon istri. Rasulullah SAW bersabda yang
artinya :
“Apabila kamu sekalian didatangi
seseorang yang agama dan akhlaknya kamu ridhai, maka kawinkanlah ia. Jika kamu
sekalian tidak melaksanakannya maka akan menjadi fitnah dimuka bumi ini dan
tersebarlah kerusakan .”
(HR. Tirmidzi)
Berdasarkan hadits tersebut, maka jelaslah bahwa hal yang
paling penting dalam memilih calon suami adalah dari agama yang dianutnya dan
akhlak yang dimilikinya.
2.
Fase Perkawinan/Pernikahan
Ada beberapa aspek yang dijelaskan
oleh syari’at Islam yang berhubungan dengan anjuran pernikahan/perkawinan
antara lain :
1.
Perkawinan
merupakan Sunnah Rasul
Sabda Nabi:
“Siapa saja yang mampu menikah, namun ia tidak menikah
maka tidaklah termasuk golonganku.” (HR. Thabrani dan Baihaki)
2.
Perkawinan untuk ketentraman kasih
sayang
Firman Allah:
“Dan di antara
tanda – tanda kekuasaan-Nya ialah, Dia menciptakan untukmu istri – istri dari
jenismu sendiri supaya kamu cenderung tenteram kapadanya, dan dijadikan-Nya di
antara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar – benar
terdapat tanda – tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar Rum :
21)
3.
Perkawinan untuk mendapatkan keturunan.
4.
Perkawinan untuk memelihara pandangan
dan menjaga kemaluan
dari kemaksiatan.
Setelah calon dipilih, diadakan
peminangan dan selanjutnya dilaksanakan pernikahan dengan Walimatul al-Ursy
nya. Yang menarik dari pernikahan dalam Islam adalah dibacakannya khutbah nikah
sebelum ijab qabul.
Dalam
khutbah nikah, terkandung nilai-nilai pendidikan, antara lain :
1. Peningkatan amal dan iman
2. Pergaulan yang baik antara suami
dengan istri
3. Kerukunan dalam berumah tangga
4. Memelihara sillaturrahim
5. Mawas diri/berhati-hati dalam segala
tindak dan perilaku
3.
Fase Kehamilan
Salah satu
tujuan berumah tangga adalah untuk mendapatkan keturunan, karena itu seorang
istri mengharapakan ia dapat melahirkan seorang anak. Sebagai tanda seorang
istri akan memiliki anak adalah melalui proses kehamilan selama lebih kurang 9
bulan.
Menurut
Sabda Nabi, masa kehamilan memiliki beberapa tahapan, yaitu :
a.
Tahap
Nuthfah
Pada tahap ini, calon anak masih dalam bentuk cairan sperma
dan sel telur. Tahap ini berlangsung selama 40 hari.
b.
Tahap ‘Alaqah
Setelah berumur 80 hari, cairan tersebut berkembang bagaikan
segumpal darah kental dan bergantung pada dinding rahim ibu.
c.
Tahap
Mudghah
Setelah berumur 120 hari, segumpal darah tadi berkembang
menjadi segumpal daging. Pada masa inilah, calon bayi telah siap menerima
hembusan ruh dari Malaikat utusan Allah.
Ada tiga faktor yang perlu dibicarakan berkaitan
dengan proses pendidikan. Yaitu, Pertama harus diyakini bahwa periode
ini berawal dari adanya kehidupan. Hal ini dinyatakan dengan adanya
perkembangan yang berawal dari nuthfah sampai menjadi mudghah, yang kemudian
menjadi seorang bayi.
Kedua, setelah berbentuk daging (mudghah), Allah mengutus
malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya. Tamapaknya, ruh inilah yang menjadi
tahap awal bergeraknya kehidupan psikis manusia.
Disisi lain, perkembanagan psikis
manusia juga dipengaruhi oleh kegembiraan ataupun penderitaan yang dialami oleh
sang ibu. Kebahagiaan, kelincahan ataupun kesedihan, kemurungan yang
ditunjukkan oleh sanh ibu ketika mengandung akan tercermin kepada tingkah laku
bayi yang dilahirkan.
Ketiga, aspek yang
paling penting adalah aspek agama. Naluri agama sebenarnya sudah ada pada
setiap individu jauh sebelum kelahirannya didunia nyata.
Dalam fase
kehamilan ini, ada beberapa kewajiban seorang wanita yang sedang mengandung. Yaitu:
v Memakan makanan yang bergizi.
v Menghindari benturan-benturan.
v Menjauhi minuman keras, merokok, dan
berbagai jenis makanan yang
diharamkan Allah SWT.
v Menjaga rahim dengan baik.
Proses
pendidikan konsepsi ini dilaksanakan secara tidak langsung. Yaitu sebagai berikut:
a.
Seorang
ibu yang telah hamil harus mendo’akan anaknya.
b.
Ibu
harus selalu menjaga dirinya agar tetap memakan makanan dan minuman yang halal.
c.
Ikhlas
mendidik anak.
d.
Memenuhi
kebutuhan istri
Menurut Baihaqi A.K ada beberapa kebutuhan istri yang harus dipenuhi.
Misalnya, kebutuhan untuk
diperhatikan, kasih sayang, makanan ekstra, mengabulkan beberapa kemauan yang
aneh, ketenangan, pengharapan, perawatan, dan keindahan.
e.
Taqarrub
(mendekatkan diri) kepada Allah SWT selalu mendekatkan diri kepada Allah melalui
ibadah wajib maupun ibadah sunnat. Ibu/Bapak yang rajin beribadat maka jiwamu
semakin bersih dan suci dan semakin dekat pula ia kepada Allah SWT.
f.
Kedua
orang tua berakhlak mulia. Akhlak mulia yang harus menjadi hiasan kedua orang
tua antara lain, kasih sayang, sopa, lembut, pemaaf dan rukun.
Menurut Zakiah Daradjad, proses
pendidikan akan lebih berpengaruh kepada anak apabila diamalkan langsung oleh
orang tuanya selama janin ada dalam kandungan. Kontak psikis secara langsung
antara orang tua, terutama ibu dengan si janinlah yang sebenarnya disebut
dengan pendidikan pada masa kehamilan.[5]
C.
Pendidikan Islam masa Pascanatal (Tarbiyah Ba’da
Al-Wiladah)
Pendidikan
pasca natal yaitu pendidikan yang dimulai semenjak lahirnya anak samapai mereka
dewasa, bahkan sampai meninggal dunia yang kita kenal dengan pendidikan seumur
hidup.
Dalam upaya
pengembangan pendidikan agama dalam keluarga, Rasulullah SAW telah memberikan
tuntunan kepada kita agar mendidik anak sesuai dengan perkembangan jiwanya. Ada
beberapa tahapan sesuai dengan perkembangan jiwa anak yaitu :
1.
Usia anak 0 – 3 tahun
Pada anak usia
0-3 tahun yang dapat dilakukan kedua orang tua adalah memberikan suasana
kehidupan yang agamis seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW, seperti :
a.
Membaca adzan pada telinga kanan dan
iqomat pada telinga kiri sang bayi pada saat baru dilahirkan.
b.
Disembelihkan aqiqah, disamping sebagai
rasa syukur atas kelahiran anak, juga mengajarkan kepada anak agar suka
bersedekah dan pandai bersyukur.
c.
Memberikan
nama kepada anak dengan nama yang baik.
d.
Anak dicukur rambutnya/dibersihkan dari
kotorannya.
e.
Setelah sampai usia 3 tahun, hendaknya
selalu diberikan suasana agamis dan dibiasakan mendengarkan bacaan al-qur’an.
Pada masa ini disebut juga dengan fase bayi (masa mulut/oral phrase).
Disebut demikian karena
bayi dapat mencapai ppemuasan kebutuhan hidupnya dengan menggunakan mulut.
Cirri pada masa mulut yaitu :
a.
Pada
bulan pertama bayi senang tidur sehingga disebut si penidur.
b.
Hidupnya
hanya makan, tidur, dan dibersihkan.
c.
Seakan-akan
belum ada hubungan dengan luar..
d.
Bila
bangun tidur, akan bergerak secara spontan.[6]
2.
Usia 3 – 7 tahun
Pada usia ini, anak sudah benar-benar dapat mulai dididik
karena dalam perkembangan jiwanya sudah mulai mengenal bahasa. Bahkan, sesuai
dengan pendapat-pendapat ahli ilmu jiwa agama mengatakan, pada usia 3-4 tahun,
anak sudah mulia mengenal tahun.
Upaya pendidikan Islam yang dapat diberikan pada usia ini
antara lain :
a.
Anak-anak
mulai dilatih dan dibiasakan melakukan ajaran Islam yang bersifat praktis dan
mudah
b.
Mendapatkan
kasih sayang dari ayah dan ibu dengan pengenalan kepada Tuhan, Allah Swt.
Karakter anak pada fase ini
1.
Dapat
mengontrol tindakannya
2.
Selalu
ingin bergerak
3.
Berusaha
mengenal lingkungan sekeliling
4.
Perkembangan
yang cepat dalam berbicara
5.
Senantiasa
ingin memiliki sesuatu
6.
Mulai
membedakan antara yang benar dan yang salah
7.
Mulai
mempelajari perilaku social
3.
Usia 7-13 tahun
Pada usia ini anak sudah mulai
memasuki SD karena sudah mulai dapat menggunakan pikiran/rasionya. Dalam upaya
pendidikan Islam, Rasulullah telah mengajarkan mengajarkan pada hadits yang
artinya :
“Suruhlah anak-anak melakukan
melakukan ibadah shalat pada usia 7 tahun dan bilamana smapai usia 10 tahun
belum shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah tempat tidurnya.”
Karakteristik anak pada usia dini :
1.
Anak
mulai bersekolah
2.
Guru
mulai menjadi pujaan
3.
Gigi
tetap mulai tumbuh
4.
Anak
mulai gemar membaca
5.
Anak
mulai malu apabila auratnya dilihat orang
6.
Hubungan
anak dan ayah semakin erat
7.
Anak
suka sekali menghafal
Tugas orang tua pada anak-anak usia
tersebut adalah :
1.
Memasukkan
anaknya ke sekolah yang tidak berbeda keyakinan
2.
Tetap
mengawasi dan membimbing amaliyah agama sang anak
3.
Mmemberikan
perhatian dan kasih sayang serta memberi kesempatan pada anaknya mengemukakan
pendapat
4.
Memonitor
pergaulan anak diluar rumah
5.
Menyediakan
alat-alat atau fasilitas yang diperlukan dalam pendidikan agama
4.
Masa Remaja
Masa ini berlangsung dari umur 12-21
tahun. Pada masa remaja ini ditandai dengan adanya perubahan yang menyangkut
gender sehingga sering juga disebut dengan peralihan dari aseksual menjadi
seksual.
Selain itu, terjadi pula perubahan
fisik dan perubahan psikis. Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup
dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup didalam eksplorasi remaja.
Menurut Sumardi Suryabrata, proses
tersebut mulai tiga langkah. Yaitu :
1.
Karena
tidak ada pedoman, si remaja merindukan sesuatu yang dianggap bernilai, pantas,
dihargai, dan dipuja.
2.
Pada
taraf yang kedua, objek pemujaan telah menjadi lebih jelas, yaitu pribadi yang
dipandangnya mendukung sesuatu nilai.
3.
Pada
taraf ketiga, si remaja telah dapat menghargai nilai-nilai lepas dari
pendukungnya, nilai sebagai hal yang abstrak.[7]
5.
Masa Dewasa
Masa
ini dibagi ke dalam tiga tahap, yakni :
a.
Dewasa
dini
Yaitu masa pencarian kemantapan dan
masa produktif, yaitu suatu maasa yang penuh masalah dan ketenangan emosional,
periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan.
b.
Dewasa
Madya
Fase ini dipandang sebagai masa usia
antara 40 sampai 60 tahun,masa tersebut ditandai oleh adanya
perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada masa 60 tahun biasanya terjadi
penurunan kekuatan fisik sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat.
c.
Dewasa
Akhir
Adapun
ciri-ciri usia lanjut ini adalah:
1)
Merupakan
periode kemunduran
2)
Perbedaan
individual pada efek menua
3)
Usia
tua dinilai dengan kriteria yang berbeda.
|
PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
Periodesasi pendidikan Islam dibagi manjadi 3 fase yakni:
a.
Fase Pendidikan Islam masa Pra Konsepsi.
Pendidikan pra
konsepsi ini adalah salah satu upaya persiapan pendidikan yang dimulai ketika
seseorang memilih pasangan hidupnya sampai pada saat setelah terjadinya
pembuahan dalam rahim sang ibu
b.
Fase Pendidikan Islam masa Pranatal (Tarbiyah Qabl
Al-Wiladah).
Pendidikan
Pranatal adalah pendidikan sebelum masa melahirkan. Masa ini ditandai dengan
fase pemilihan jodoh, pernikahan, dan kehamilan
c.
Fase Pendidikan Islam masa Pascanatal (Tarbiyah Ba’da
Al-Wiladah)
Pendidikan
pasca natal yaitu pendidikan yang dimulai semenjak lahirnya anak samapai mereka
dewasa, bahkan sampai meninggal dunia yang kita kenal dengan pendidikan seumur
hidup.
|
DAFTAR PUSTAKA
Hussein Bahreisj, Al
Jamius Shahih Bukhari Muslim, (Surabaya : CV. Karya Utama).
Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2002).
Zakiah Daradjat, Bahan
Kuliah Ilmu Pendidikan Islam, (PPs. IAIN Imam Bonjol Padang, 1996)
|
[5] Zakiah
Daradjat, Bahan Kuliah Ilmu Pendidikan Islam, PPs. IAIN Imam Bonjol
Padang, 1996 ; hlm. 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar