Rabu, 24 Juni 2015

MAKALAH MANAGEMEN PENDIDIKAN ISLAM MENGENAI MANAJEMEN MUTU SEKOLAH





MAKALAH MANAGEMEN PENDIDIKAN ISLAM
MENGENAI
MANAJEMEN MUTU SEKOLAH
Dosen Pengampu ; Dr. Buna’i, S. Ag. M. Pd.
Di Susun Oleh :
Qurrotul Aini                        (18201301030      )
R. Ali Mahdum Davir           (18201301030169)
Riskiana                                (18201301030171)
Robi Haqiqi                           (18201301030173)

PROGRAM STUDY TADRIS BAHASA INGGRIS
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PAMEKASAN
2014





KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT.) atas terselesaikannya makalah ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahlimpahkan bagi junjungan kita. Nabi dan Rasul terakhir Muhammad SAW., seluruh keluarga, sahabat dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.
Ucapan terima kasih tak luput kami sampaikan pula kepada berbagai pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada Dr. Buna’i S. Ag. M. Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah Managemen Pendidikan Islam yang telah membina dan menuntun kami untuk bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari tiada gading yang tak retak, sehigga penulis berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca budiman demi adanya peningkatan dalam makalah kami selanjutnya.
Terlepas dari banyakanya kekurangan yang ada, penulis berharap agar isi dari makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.





Pamekasan, November 2014
Penulis




DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL..............................................................................         i
KATAPENGANTAR............................................................................        ii
DAFTARISI..........................................................................................       iii  
BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang............................................................................        1

B.     Rumusan Masalah.......................................................................        2

C.     Tujuan..........................................................................................        3
BAB II PEMBAHASAN

A.    Managemen Mutu Sekolah..........................................................        4

B.     Managemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah......................        8

C.     Tujuan Managemen Peningkatan Mutu BerbasisSekolah..........      10

D.    Strategi Pelaksanaan Managemen Peningkatan Mutu
Di Tingkat Sekolah......................................................................      11

E.     Sistem PenjaminanMutu.............................................................      13
BAB III PENUTUP

A.   Kesimpulan..................................................................................      16

B.   Saran............................................................................................      17
DAFTAR PUSTAKA





 
BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Permasalahan pendidikan pada umumnya selalu dihadapkan pada permasalahan pemerataan, relevansi, dan kualitas pendidikan. Berbagai upaya peningkatan kualitas hidup yang dilakukan manusia memerlukan penanganan serius melalui pemikiran yang matang dengan mengaplikasikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemempuan untuk meningkatkan kualitas tersebut telah lama diupayakan manusia dalam berbagai cara. Kegiatan  tersebut dikenal dengan penjaminan mutu yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas layanan dengan mengedepankan kepuasan pelanggan  (customer satisfaction) dalam melaksanakan interaksi pendidikan.[1]
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang berhasil. Pertama, strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (bahan ajar), media dan alat belajar lainya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainya, maka secara otomatis lembaga pendidikan atau sekolah akan dapat menghasilkan output yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek, 1981) tidak sepenuhnya relevan di lembaga pendidikan atau sekolah, melainkan hanya terjadi dalam bidang ekonomi dan indrusti. Kedua, manajemen pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat pusat tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat sekolah. Atau dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, sering kali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.[2]
Berdasarkan gambaran diatas, dapat kita simpulkan bahwasanya pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada input semata. Tetapi ada faktor lain yang lebih berpengaruh, yakni faktor proses pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini, sekolah merupakan unit pelaksana pendidikan formal terdepan. Oleh karenanya, sekolah diharapkan untuk dapat menjadi media pengembangan potensi anak. Sehingga, dapat tercipta peserta didik atau output yang lebih baik dan lebih berkualitas. Selain itu, peserta didik juga diharapkan untuk melebihi standarisasi pendidikan yang telah diatur sebelumnya. Untuk dapat merealisasikan harapan tersebut, muncullah suatu pendekatan baru yakni Managemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (School Based Quality Management) atau sering pula disebut dengan School Based Quality Improvement. Didalam pendekatan ini tidak hanya dibahas mengenai mutu pendidikan melainkan juga faktor lain yang ikut serta dalam peningkatan mutu sekolah. Faktor tersebut antara lain faktor intern yang mencakup sarana dan prasarana, adanya korelasi antar warga sekolah dan fator ekstern yang mencakup pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan peningkatan mutu sekolah seperti, pemerintah serta orang tua siswa.


B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian dari managemen mutu sekolah ?
2.      Apa yang dimaksud dengan peningkatan mutu berbasis sekolah ?
3.      Apa tujuan dari management peningkatan mutu berbasis sekolah ?
4.      Bagaimana strategi pelaksanaan managemen peningkatan mutu di tingkat sekolah ?
5.      Bagaimana konsep penjaminan mutu pendidikan di sekolah?


C.     TUJUAN
1.      Untuk dapat mengetahui pengertian dari managemen mutu sekolah.
2.      Untuk dapat mengetahui pengertian dari peningkatan mutu berbasis sekolah.
3.      Untuk dapat mengetahui tujuan dari managemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah.
4.      Untuk dapat mengetahui strategi apa yang digunakan dalam pelaksanaan managemen peningkatan mutu di tingkat sekolah.
5.      Untuk dapat mengetahui konsep penjaminan mutu pendidikan di sekolah?






BAB II
PEMBAHASAN

A.    MANAGEMEN MUTU SEKOLAH
1.      Pengertian Managemen Mutu Sekolah
Secara sederhana, managemen mutu dapat diartikan sebagai aktivitas managemen untuk mengelola mutu. Menurut Gasperz, managemen kualitas dapat dikatakan sebagai aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijakan kualitas, tujuan, tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui alat-alat manajemen kualitas, pengendalian kualitas, penjaminan kualitas, dan peningkatan kualitas.[3]
Pengertian diatas menggambarkan bahwa managemen mutu sekolah merupakan suatu aktivitas managemen untuk mengelola mutu sekolah. Sehingga, mutu pada tiap sekolah dapat terus mengalami perbaikan dan peningkatan. Agar proses peningkatan mutu sekolah dapat terealisasi, maka perlu adanya suatu sistem penjaminan mutu yang bertugas untuk mengelola setiap hal yang berkaitan dengan mutu sekolah. Setelah terciptanya managemen mutu sekolah dan juga sistem penjaminan mutu sekolah. Maka, hal lain yang harus diperhatikan ialah adanya suatu standar mutu pendidikan yang dapat dijadikan sebagai patokan untuk meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri.
2.      Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Peningkatan Mutu Sekolah
a.       Faktor Internal
Faktor intern merupakan faktor-faktor yang berperan dalam peningkatan mutu sekolah yang berasal dari dalam sekolah itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain, pendidikan, sarana prasarana, dan korelasi antar warga sekolah.
1.      Pendidikan
Faktor pendidikan merupakan faktor utama yang berperan dalam proses peningkatan mutu sekolah. Faktor ini merupakan faktor penentu keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam mencetak output yang berkualitas. Sehingga dapat ditentukan apakah lembaga tersebut bermutu atau tidak dalam menciptkan output-output yang berkualitas.
2.      Sarana dan Prasarana
Faktor sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penunjang dalam proses peningkatan mutu sekolah. Ketika sarana dan prasarana sudah terpenuhi dengan baik, maka proses peningkatan mutu sekolah pun akan berjalan dengan baik. Sehingga tujuan akhir dari lembaga tersebut, yakni output yang berkualitas dapat segera terwujud.
3.      Korelasi Antar Warga Sekolah
Ketika dalam suatu lembaga terjalin hubungan yang baik antar seluruh warga sekolahnya, maka tidak akan ada perpecahan yang terjadi dalam sekolah tersebut. Hasil dari hubungan baik tersebut dapat menciptakan suatu kerja sama antar warga sekolah dalam meningkatkan mutu sekolahnya tersebut.
b.      Faktor Eksternal
Berbeda dengan faktor internal, faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar sekolah itu sendiri, seperti adanya korelasi dari pihak sekolah dengan pemerintah dan orang tua siswa. Ketika korelasi tersebut sudah terjalin dengan baik, maka pihak sekolah tidak perlu khawatir untuk menghadapi masalah yang terjadi dalam sekolah tersebut. Karena, pemerintah dan orang tua siswa pastinya akan memberikan bantuan yang maksimal terhadap kesulitan yang dialami sekolah, terkait dengan proses peningkatn mutu sekolah itu sendiri.
3.      Pengertian Mutu Pendidikan
Mutu yang baik selalu menjadi dambaan setiap orang, terlebih pada bidang pendidikan. Mutu pendidikan pada dasarnya terdiri atas berbagai indikator dan komponen yang saling berkaitan. Komponen dan variabel yang menentukan terwujudnya mutu pendidikan yang baik secara umum masih dikaitkan dengan sistem, kurikulum, tenaga pendidik, peserta didik, proses belajar mengajar, anggaran, sarana prasarana pendidikan, lingkungan belajar, budaya organisasi, kepemimpinan dan lain sebagainya. Mutu pendidikan tidak diukur hanya berdasarkan hasil ujian atau test peserta didik, karena memiliki rangkaian yang saling berhubungan mulai dari input, proses, output dan outcome.
Menurut Sumantrie (2009:5), mutu pendidikan adalah konsep yang kompleks karena mutu pendidikan memiliki banyak dimensi, menyangkut serangkaian proses, dan menunjukkan berbagai indikator yang harus dijelaskan secara rinci.
      Berbagai pandangan mengenai mutu pendidikan sebagaimana dikutip Sumantrie (2009) dipaparkan dibawah ini. Hawes dan stepens (1990) menyatakan, quality berarti: relevance terhadap konteks, kebutuhan sekarang dan masa depan; efficiency dalam tatanan standar yang bisa dijabarkan dan dioperasionalkan; dan sebagai something special yang berada jauh di luar harapan normal suatu sekolah.
      Golberg (1967) mendefinisikan mutu pendidikan sebagai “maximization” kinerja sistem sekolah dalam mencapai tujuan sekolah. Banyak sekolah menggunakan istilah mutu pendidikan sebagaimana yang tertera dalam visi dan misi sekolah. Mutu pendidikan di sekolah harus berisi beberapa unsur, yaitu: 1) kepemimpinan yang kuat dan visioner, 2) pembelajaran yang berkualitas, 3) standar yang jelas, asesmen, dan akuntabilitas, 4) sarana dan prasarana yang cukup, 5) partisipasi keluarga, dan 6) keterlibatan komunitas.
      Mutu pendidikan menurut Chapmans dan Adams (2002), yaitu: 1) context: kualitas pendidikan secara jelas boleh mengacu pada input (jumlah guru, banyaknya pelatihan guru, banyaknya buku teks); 2) process: kualitas pendidikan boleh mengacu pada jumlah waktu pembelajaran langsung dan peningkatan belajar aktif; 3) output: kualitas pendidikan boleh mengacu pada skor tes dan jumlah rata-rata lulusan yang tinggi; dan 4) outcome: kualitas pendidikan boleh mengacu pada kinerja atau pencapaian target dan tujuan spesifik.
      Memang konsep mutu sangat beragam, tergantung pada perspektif dan pendekatan yang digunakan. Dunia industri memiliki definisi sendiri mengenai mutu, karena mutu atau kualitas bertalian produk yang dihasilkan berupa barang dan atau jasa. Dunia pendidikan mengklaim bahwa mutu pendidikan tidak saja pada output, proses dan hasil tetapi masih ada faktor-faktor lain misalnya: biaya, sistem, sarana prasarana, tenaga pendidik dan sebagainya.[4]
Berbagai pendapat diatas menunjukkan bahwa mutu adalah suatu keharusan dan menjadi cita-cita baik sebagai peserta didik, tenaga pendidik, orang tua, masyarakat maupun setiap institusi pendidikan. Sehingga mutu menjadi sesuatu yang sangat penting karena berkaitan dengan kualitas produk atau lulusan lembaga pendidikan formal maupun non formal yang mampu berkompetisi sesuai tuntutan dunia bisnis dan industri. Oleh karena itu diharapkan agar semua pihak yang terkait dapat ikut berpartisipasi dalam melakukan perbaikan mutu sekolah.

B.     MANAGEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH
Managemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan pendekatan baru dalam pengelolaan pendidikan yang menekankan pada kemandirian dan kreativitas sekolah atau satuan pendidikan. Konsep ini diperkenalkan oleh teori effective school  yang memfokuskan diri pada perbaikan proses pendidikan (Edmond 1979). Beberapa  indikator yang menunjukkan karakter dari konsep managemen ini antara lain: (i) lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan tertib; (ii) sekolah memiliki visi, misi, dan target mutu yang ingin dicapai; (iii) sekolah memiliki manajerial yang kuat; (iv) adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah  (kepala sekolah, guru, dan staf lainya termasuk siswa) untuk berprestasi; (v) adanya pengembangan staf sekolah yang terus-menerus sesuai tuntutan kebutuhan dan IPTEK; (vi) adanya pelaksanaan evaluasi yang terus-menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan atau perbaikan mutu; serta {vii} adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid atau masyarakat. Pengembangan konsep managemen ini didesain untuk meningkatkan kemampuan sekolah dan masyarakat dalam mengelola perubahan pendidikan kaitannya dengan tujuan keseluruhan, kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah dan otoritas pendidikan. Pendidikan ini menuntut adanya perubahan sikap dan tingkah laku seluruh komponen sekolah: kepala sekolah, guru dan tenaga atau staf administrasi termasuk orang tua dan masyarakat  dalam memandang, memahami, membantu sekaligus sebagai pemantau yang melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan sekolah yang bersangkutan dengan didukung oleh pengelolaan sistem informasi yang presentatif dan valid. Akhir dari semua itu ditujukan kepada keberhasilan sekolah untuk menyiapkan pendidikan yang berkualitas atau bermutu bagi masyarakat.
Dalam mengimplementasikan konsep ini, sekolah hendaknya memiliki tanggung jawab untuk mengelola dirinya berkaitan dengan permasalahan administrasi, keuangan, dan fungsi setiap personel sekolah di dalam kerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Bersama-sama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah harus membuat keputusan, mengatur skala prioritas disamping harus menyediakan lingkungan kerja yang kondusif bagi guru, dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta keyakinan masyarakat tentang sekolah atau pendidikan. Kepala sekolah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah orang yang mewakili  berbagai kelompok yang berbeda di dalam masyarakat sekolah dan secara profesional harus terlibat dalam setiap proses perubahan di sekolah melalui penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kualitas total dengan menciptakan kompetisi dan penghargaan di dalam sekolah itu sendiri maupu sekolah lain.
Ada empat hal yang terkait dengan prinsip-prinsip total quality management, yaitu (i) perhatian harus ditekankan kepada proses secara terus-menerus mengumandangkan peningkatan mutu; (ii) kualitas atau mutu harus ditentukan oleh pengguna jasa sekolah; (iii) prestasi harus diperoleh melalui pemahaman visi bukan dengan pemaksaan aturan; (iv) sekolah harus menghasilkan siswa yang memiliki ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan, karakter, dan memiliki kematangan emosional. Sistem kompetisi tersebut akan mendorong sekolah untuk terus meningkatkan diri, sedangkan penghargaan akan dapat memberikan motivasi dan meningkatkan kepercayaan diri setiap personel sekolah khususnya siswa. Jadi, sekolah harus mengontrol semua sumber daya termasuk sumber daya manusia yang ada, dan lebih lanjut menggunakan secara lebih efisien sumber daya tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat bagi peningkatan mutu khususnya. Sementara itu, kebijakan makro yang dirumuskan oleh pemerintah atau otoritas pendidikan lainnya masih diperlukan dalam rangka menjamin tujuan-tujuan yang bersifat nasional dan akuntabilitas yang berlingkup nasional.[5]

C.     TUJUAN MANAGEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH

Tujuan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah adalah:
a.       Menyosialisasikan konsep dasar manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah khususnya kepada lembaga pendidikan dan masyarakat;
b.      Memperoleh masukan agar konsep managemen ini dapat diimplementasikan dengan mudah dan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah yang memiliki keragaman kultural, sosio-ekonomi masyarakat, dan kompleksitas geografisnya;
c.       Menambah wawasan pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat sekolah dan individu yang peduli terhadap peningkatan mutu pendidikan;
d.      Memotivasi sekolah untuk terlibat dan berpikir mengenai peningkatan mutu pendidikan pada sekolahnya masing-masing;
e.       Menggalang kesadaran sekolah untuk ikut serta secara aktif dan dinamis dalam mensukseskan peningkatan mutu pendidikan;
f.       Memotivasi timbulnya pemikiran-pemikiran baru dalam mensukseskan pembangunan pendidikan dari individu dan masyarakat sekolah yang berada di garis paling depan dalam proses pembangunan tersebut;
g.      Menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua komponen masyarakat, dengan fokus peningkatan mutu yang berkelanjutan (terus-menerus) pada tataran sekolah;
h.      Mempertajam wawasan bahwa mutu pendidikan pada tiap sekolah harus dirumuskan dengan jelas dan dengan target mutu yang harus dicapai tiap tahun, sehingga dapat mencapai misi yang telah di tetapkan .[6]

D.    STRATEGI PELAKSANAAN MANAGEMEN PENINGKATAN MUTU DI TINGKAT SEKOLAH
Dalam rangka mengimplementasikan konsep managemen peningkatan mutu yang berbasis sekolah ini, maka melalui partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru, dan staf lainya maka sekolah harus melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut:
·         Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif, akurat, valid, dan secara sistematis menyangkut berbagai aspek akademis, adminstratif (guru, siswa, staf), dan keuangan;
·         Melakukan evaluasi diri (self assessment) untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan mengenai sumber daya sekolah, personel sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan keterampilan, maupun aspek lainya.
·         Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengindentifikasikan kebutuhan sekolah dan merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai.
·         Berangkat dari visi, misi, dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka pendek (tahunan termasuk anggarannya).
·         Prioritas sering kali tidak dapat dicapai dalam jangka waktu satu tahun program sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus membuat strategi perencanaan dan pengembangan jangka panjang melalui identifikasi kunci kebijakan dan prioritas. Perencanaan jangka panjang ini dapat dinyatakan sebagai strategi pelaksanaan perencanaan yang harus memenuhi tujuan esensial, yaitu: (1) mampu mengidentifikasi perubahan pokok di sekolah sebagai hasil dari kontribusi berbagai program sekolah dalam periode satu tahun, serta (2) keberadaan dan kondisi natural dan strategi perencanaan tersebut harus meyakinkan guru dan staf lain yang berkepentingan (yang sering kali merasakan tertekan karena perubahan dirasakan harus melaksanakan total dan segera) bahwa walaupun perubahan besar diperlukan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa, tetapi mereka disediakan waktu yang representatif untuk melaksanakannya, sementara urutan dan logika pengembangan telah juga di sesuaikan.
·         Melakukan monitoring dan evaluasi (money)  untuk meyakinkan apakah program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, apakah tujuan telah tercapai, dan sejauh mana pencapaiannya.[7]
Beragamnya kondisi lingkungan sekolah maupun kebutuhan masing-masing siswa, seringkali mengakibatkan ketidakcocokan atau ketidaksempurnaan dalam melaksanakan strategi diatas. Oleh karena itu, kita tidak bisa memukul rata semua lembaga pendidikan yang ada, karena setiap lembaga pendidikan memiliki masalahnya masing-masing. Jalan keluar yang tepat adalah dengan melakukan observasi terhadap lembaga tersebut dan juga melakukan pendekatan yang intensif dengan warga sekolah atau lembaga tersebut. Sehingga, kita bisa mengetahui strategi apa yang baiknya kita gunakan untuk perbaikan atau peningkatan mutu di sekolah atau lembaga pendidikan tersebut.

E.     SISTEM PEJAMINAN MUTU
1.      Konsep Penjaminan Mutu
Keputusan yang dihasilkan melalui teknik statistik sering kali tidak dapat dilayani oleh pola pengambilan keputusan yang ada. Pengendalian mutu (quality control) berkembang menjadi penjaminan mutu (quality assurance). Penjaminan mutu difokuskan untuk memastikan proses dan kualitas hasil melalui pelaksanaan audit, pelatihan, analisis kinerja, dan petunjuk operasi untuk peningkatan mutu.
Secara umum penjaminan mutu satuan pendidikan atau sekolah merupakan proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan satuan pendidikan atau sekolah secara konsisten dan berkelanjutan sehingga seluruh pemakai lulusan (stakeholders) memperoleh kepuasan (stakeholders satisfaction).[8]
2.      Tujuan Penjaminan Mutu
Secara umum tujuan penjaminan mutu pendidikan adalah untuk merencanakan, mencapai, memelihara, dan meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan pada satuan pendidikan tertentu.
3.      Pendekatan Perbaikan Mutu
Ada empat pendekatan dalam perbaikan mutu yaitu sebagai berikut.
a.       Preliminary Control, yaitu bersifat pencegahan untuk menghindari mutu yang tidak diharapkan dan proaktif untuk menggapai mutu yang semakin meningkat. Pendekatan ini difokuskan pada input atau sumber penyebabnya.
b.      Concurrent Control, dilakukan terhadap kegiatan yang telah dilakukan dan menggambarkan pengendalian operasional. Fokus dari pendekatan ini, yaitu ada transformasi atau proses.
c.       Rework Control, dilakukan apabila pendekatan kesatu dan kedua gagal sehingga perlu rework terhadap defect dan output yang tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Fokus dari pendekatan ini pada komponen output.
d.      Damage Control, dilakukan untuk meminimalkan dampak  negatif dari tidak tercapainya tujuan yang diharapkan. Fokus dari pendekatan ini, yaitu pada komponen nilai bagi stakeholder.

4.      Prinsip Pengendalian Mutu
Prinsip pengendalian mutu dalam ragka penjaminan mutu pendidikan pada tingkat satuan pendidikan didasarkan pada prinsip–prinsip berikut.
a.       Quality First, yaitu seluruh pikiran dan tindakan kepala/pimpinan pada berbagai tingkat organisasi atau unit disatuan pendidikan harus mengutamakan atau memprioritaskan mutu.
b.      Stakeholder-In, yaitu seluruh pikiran dan tindakan kepala/pimpinan pada berbagai tingkat organisasi atau unit disatuan pendidikan harus ditunjukan pada kepuasan stakeholders.
c.       The next process is Our stakeholders, yaitu setiap orang yang melakukan tugas dalam penyelenggaraan proses pendidikan di sekolah harus menganggap pihak lain yang menggunakan hasil pelaksanaan tugasnya sebagai stakeholders yang harus dipuaskan.
d.      Speak with Data, yaitu setiap orang menyelenggarakan proses pendidikan di sekolah dalam melakukan tindakan dan pengambilan keputusan harus didasarkan pada hasil analisis data yang akurat dan relevan.
e.       Upstream Management, yaitu seluruh pengambilan keputusan dalam menyelenggarakan proses pendidikan di sekolah dilakukan secara partisipasif.

5.      Proses Pengendalian Mutu
Proses pengendalian mutu dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah mengarah pada pengendalian mutu berbasis plan, do, check, action, (PDAC). Proses ini sesuai dengan model TQM sebagai model pengendalian mutu yang sering digunakan dalam lembaga/sekolah. Proses pengendalian mutu berbasis PDAC akan menghasilkan penghasilan secara berkelanjutan atas mutu pendidikan.
Apabila hasil evaluasi ternyata mencapai standar mutu yang ditetapkan, sebagaimana dirumuskan dalam bentuk perencanaan pembelajaran (RPP) ,maka prosses perencanaan (Plan) berikutnya untuk standar mutu ditingkatkan sehingga terjadi perbaikan mutu berkelanjutan. Namun, apabila hasil evaluasi ternyata standar yang telah ditetapkan sebagaimana dirumuskan dalam RPP belum atau tidak tercapai, maka harus dilakukan tindakan atau action agar standar sasaran mutu dapat tercapai. Aksi yang dapat dilakukan adalah melakukan pengulangan pembahasan pokok materi yang bersangkutan sampai tujuan pembelajaran dapat tercapai.[9]



 
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Managemen mutu sekolah merupakan suatu aktivitas managemen untuk mengelola mutu sekolah. Sehingga, mutu pada tiap sekolah dapat terus mengalami perbaikan dan peningkatan.
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan pendekatan baru dalam pengelolaan pendidikan yang menekankan pada kemandirian dan kreativitas sekolah atau satuan pendidikan. Konsep ini diperkenalkan oleh teori effective school  yang memfokuskan diri pada perbaikan proses pendidikan (Edmond 1979).
Tujuan managemen peningkatan mutu berbasis sekolah salah satumya adalah untuk bisa memotivasi sekolah untuk terus meningkatkan mutunya terutama di bidang pendidikan. Selain itu, untuk menambah dan memperbaiki mutu sekolah di setiap bidang agar terus mengalami perkembangan sehingga dapat menunjang atau memberi dukungan yang maksimal terhadap proses belajar siswanya.
Strategi utama pelaksanaan managemen peningkatan mutu di tingkat sekolah dengan cara melakukan evaluasi diri (self assessment) terhadap sumber daya sekolah maupun warga sekolah yang bertujuan untuk menganalisis  kekuatan maupun kelemahan yang ada dalam sekolah tersebut. Sehingga, sekolah dapat mengetahui hal apa saja yang perlu ditingkatkan maupun dipertahankan dalam upaya peningkatan mutu sekolah itu sendiri.
Pada dasarnya mutu pendidikan di sekolah berkaitan dengan pencapaian tujuan pendidikan dan kompetensi lulusan yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan di dalam program kegiatan atau kesesuaian tujuan dan kompetensi dengan standar yang telah ditetapkan. Penjaminan mutu berkaitan erat dengan keseluruhan aktifitas dalam berbagai bagian dari suatu sistem untuk memastikan bahwa mutu layanan yang dihasilkan itu konsisten dan sesuai dengan apa yang telah direncanakn atau ditetapkan . Secara umum penjaminan mutu satuan pendidikan atau sekolah merupakan proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan satuan pendidikan atau sekolah secara konsisten dan berkelanjutan sehingga seluruh pemakai lulusan (stakeholders) memperoleh kepuasan (stakeholders satisfaction).

B.     SARAN
Didalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kami mohon kriti dan saran yang bersifat membangun dari setiap pihak yang terkait. Sehingga, kami dapat menjadikannya sebagai motivasi guna perbaikan dalam proses belajar kami selanjutnya. Penulis juga berharap agar setiap isi dari makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


DAFTAR PUSTAKA
Amtu, Onisimus. 2011. Manajemen Pendidikan Di Era Otonomi Daerah.
Bandung: Alfabeta.
Rusman. 2012. Manajemen Kurikulum. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Suharsaputra, Uhar. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung : Retika Admata




[1] Rusman, Manajemen Kurikulum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012, hlm. 549.
[2]Ibid, hlm. 550.
[3]Onisimus Amtu, Managemen Pendidikan Di Era Otonomi Daerah, Bandung: Alfabeta, 2011, hlm. 233.
[4]Ibid, hlm. 138-140.
[5] Rusman, Manajemen Kurikulum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012, hlm. 553-554.
[6]Ibid, hlm. 551-552.
[7]Ibid, hlm.556-558.
[8]Ibid,  hlm. 559.
[9]Ibid, 559-561.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar