MAKALAH
MANAGEMEN PENDIDIKAN ISLAM
MENGENAI
MANAJEMEN
MUTU SEKOLAH
Dosen Pengampu ; Dr. Buna’i, S. Ag.
M. Pd.
Di
Susun Oleh :
Qurrotul Aini (18201301030 )
R. Ali Mahdum Davir (18201301030169)
Riskiana (18201301030171)
Robi Haqiqi (18201301030173)
PROGRAM
STUDY TADRIS BAHASA INGGRIS
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PAMEKASAN
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Allah
SWT.) atas terselesaikannya makalah ini. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahlimpahkan bagi junjungan kita. Nabi dan Rasul terakhir Muhammad SAW., seluruh
keluarga, sahabat dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.
Ucapan
terima kasih tak luput kami sampaikan pula kepada berbagai pihak yang terkait
dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada Dr.
Buna’i S. Ag. M. Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah Managemen
Pendidikan Islam yang telah membina dan menuntun kami untuk bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis
menyadari tiada gading yang tak retak, sehigga penulis berharap adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca budiman demi adanya peningkatan dalam makalah
kami selanjutnya.
Terlepas
dari banyakanya kekurangan yang ada, penulis berharap agar isi dari makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Pamekasan, November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL.............................................................................. i
KATAPENGANTAR............................................................................ ii
DAFTARISI.......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah....................................................................... 2 C. Tujuan.......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Managemen Mutu Sekolah.......................................................... 4 B. Managemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah...................... 8 C. Tujuan Managemen Peningkatan Mutu BerbasisSekolah.......... 10 D. Strategi Pelaksanaan Managemen Peningkatan Mutu
Di Tingkat Sekolah...................................................................... 11
E. Sistem PenjaminanMutu............................................................. 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 16 B. Saran............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Permasalahan pendidikan pada umumnya
selalu dihadapkan pada permasalahan pemerataan, relevansi, dan kualitas
pendidikan. Berbagai upaya peningkatan kualitas hidup yang dilakukan manusia
memerlukan penanganan serius melalui pemikiran yang matang dengan
mengaplikasikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemempuan untuk
meningkatkan kualitas tersebut telah lama diupayakan manusia dalam berbagai
cara. Kegiatan tersebut dikenal dengan
penjaminan mutu yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas layanan dengan
mengedepankan kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam
melaksanakan interaksi pendidikan.[1]
Ada dua faktor yang
dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang
berhasil. Pertama, strategi
pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada
asumsi bahwa bilamana semua input
pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (bahan ajar), media dan
alat belajar lainya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga
kependidikan lainya, maka secara otomatis lembaga pendidikan atau sekolah akan
dapat menghasilkan output yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata
strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek, 1981) tidak sepenuhnya
relevan di lembaga pendidikan atau sekolah, melainkan hanya terjadi dalam
bidang ekonomi dan indrusti. Kedua, manajemen
pendidikan selama ini lebih bersifat
macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya,
banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat pusat tidak berjalan sebagaimana
mestinya di tingkat sekolah. Atau dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan
permasalahan pendidikan, sering kali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan
akurat oleh birokrasi pusat.[2]
Berdasarkan gambaran diatas, dapat kita
simpulkan bahwasanya pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada input
semata. Tetapi ada faktor lain yang lebih berpengaruh, yakni faktor proses
pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini, sekolah merupakan unit pelaksana
pendidikan formal terdepan. Oleh karenanya, sekolah diharapkan untuk dapat
menjadi media pengembangan potensi anak. Sehingga, dapat tercipta peserta didik
atau output yang lebih baik dan lebih berkualitas. Selain itu, peserta didik
juga diharapkan untuk melebihi standarisasi pendidikan yang telah diatur
sebelumnya. Untuk dapat merealisasikan harapan tersebut, muncullah suatu
pendekatan baru yakni Managemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (School
Based Quality Management) atau sering pula disebut dengan School Based
Quality Improvement. Didalam pendekatan ini tidak hanya dibahas mengenai
mutu pendidikan melainkan juga faktor lain yang ikut serta dalam peningkatan
mutu sekolah. Faktor tersebut antara lain faktor intern yang mencakup sarana
dan prasarana, adanya korelasi antar warga sekolah dan fator ekstern yang
mencakup pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan peningkatan mutu sekolah
seperti, pemerintah serta orang tua siswa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa
pengertian dari managemen mutu sekolah ?
2. Apa
yang dimaksud dengan peningkatan
mutu berbasis sekolah ?
3. Apa
tujuan dari management peningkatan mutu berbasis sekolah ?
4. Bagaimana
strategi pelaksanaan managemen peningkatan mutu di tingkat sekolah ?
5. Bagaimana konsep penjaminan mutu pendidikan di
sekolah?
C. TUJUAN
1. Untuk
dapat mengetahui pengertian dari managemen mutu sekolah.
2. Untuk
dapat mengetahui pengertian dari peningkatan mutu berbasis sekolah.
3. Untuk
dapat mengetahui tujuan dari managemen peningkatan mutu pendidikan berbasis
sekolah.
4. Untuk
dapat mengetahui strategi apa yang digunakan dalam pelaksanaan managemen
peningkatan mutu di tingkat sekolah.
5. Untuk dapat mengetahui konsep penjaminan mutu pendidikan
di sekolah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. MANAGEMEN
MUTU SEKOLAH
1. Pengertian
Managemen Mutu Sekolah
Secara sederhana, managemen mutu dapat
diartikan sebagai aktivitas managemen untuk mengelola mutu. Menurut Gasperz,
managemen kualitas dapat dikatakan sebagai aktivitas dari fungsi manajemen
secara keseluruhan yang menentukan kebijakan kualitas, tujuan, tanggung jawab,
serta mengimplementasikannya melalui alat-alat manajemen kualitas, pengendalian
kualitas, penjaminan kualitas, dan peningkatan kualitas.[3]
Pengertian diatas menggambarkan bahwa
managemen mutu sekolah merupakan suatu aktivitas managemen untuk mengelola mutu
sekolah. Sehingga, mutu pada tiap sekolah dapat terus mengalami perbaikan dan
peningkatan. Agar proses peningkatan mutu sekolah dapat terealisasi, maka perlu
adanya suatu sistem penjaminan mutu yang bertugas untuk mengelola setiap hal
yang berkaitan dengan mutu sekolah. Setelah terciptanya managemen mutu sekolah
dan juga sistem penjaminan mutu sekolah. Maka, hal lain yang harus diperhatikan
ialah adanya suatu standar mutu pendidikan yang dapat dijadikan sebagai patokan
untuk meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri.
2. Faktor-Faktor
Yang Berperan Dalam Peningkatan Mutu Sekolah
a. Faktor
Internal
Faktor intern merupakan
faktor-faktor yang berperan dalam peningkatan mutu sekolah yang berasal dari
dalam sekolah itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain, pendidikan,
sarana prasarana, dan korelasi antar warga sekolah.
1. Pendidikan
Faktor pendidikan
merupakan faktor utama yang berperan dalam proses peningkatan mutu sekolah. Faktor
ini merupakan faktor penentu keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam
mencetak output yang berkualitas. Sehingga dapat ditentukan apakah lembaga
tersebut bermutu atau tidak dalam menciptkan output-output yang berkualitas.
2. Sarana
dan Prasarana
Faktor sarana dan
prasarana merupakan salah satu faktor penunjang dalam proses peningkatan mutu
sekolah. Ketika sarana dan prasarana sudah terpenuhi dengan baik, maka proses
peningkatan mutu sekolah pun akan berjalan dengan baik. Sehingga tujuan akhir
dari lembaga tersebut, yakni output yang berkualitas dapat segera terwujud.
3. Korelasi
Antar Warga Sekolah
Ketika dalam suatu
lembaga terjalin hubungan yang baik antar seluruh warga sekolahnya, maka tidak
akan ada perpecahan yang terjadi dalam sekolah tersebut. Hasil dari hubungan
baik tersebut dapat menciptakan suatu kerja sama antar warga sekolah dalam
meningkatkan mutu sekolahnya tersebut.
b. Faktor
Eksternal
Berbeda dengan faktor
internal, faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar sekolah itu
sendiri, seperti adanya korelasi dari pihak sekolah dengan pemerintah dan orang
tua siswa. Ketika korelasi tersebut sudah terjalin dengan baik, maka pihak
sekolah tidak perlu khawatir untuk menghadapi masalah yang terjadi dalam
sekolah tersebut. Karena, pemerintah dan orang tua siswa pastinya akan
memberikan bantuan yang maksimal terhadap kesulitan yang dialami sekolah,
terkait dengan proses peningkatn mutu sekolah itu sendiri.
3. Pengertian
Mutu Pendidikan
Mutu yang baik selalu
menjadi dambaan setiap orang, terlebih pada bidang pendidikan. Mutu pendidikan
pada dasarnya terdiri atas berbagai indikator dan komponen yang saling
berkaitan. Komponen dan variabel yang menentukan terwujudnya mutu pendidikan
yang baik secara umum masih dikaitkan dengan sistem, kurikulum, tenaga
pendidik, peserta didik, proses belajar mengajar, anggaran, sarana prasarana
pendidikan, lingkungan belajar, budaya organisasi, kepemimpinan dan lain
sebagainya. Mutu pendidikan tidak diukur hanya berdasarkan hasil ujian atau
test peserta didik, karena memiliki rangkaian yang saling berhubungan mulai
dari input, proses, output dan outcome.
Menurut Sumantrie
(2009:5), mutu pendidikan adalah konsep yang kompleks karena mutu pendidikan
memiliki banyak dimensi, menyangkut serangkaian proses, dan menunjukkan
berbagai indikator yang harus dijelaskan secara rinci.
Berbagai pandangan
mengenai mutu pendidikan sebagaimana dikutip Sumantrie (2009) dipaparkan
dibawah ini. Hawes dan stepens (1990) menyatakan, quality berarti: relevance
terhadap konteks, kebutuhan sekarang dan masa depan; efficiency dalam tatanan standar yang bisa dijabarkan dan
dioperasionalkan; dan sebagai something
special yang berada jauh di luar harapan normal suatu sekolah.
Golberg (1967)
mendefinisikan mutu pendidikan sebagai “maximization”
kinerja sistem sekolah dalam mencapai tujuan sekolah. Banyak sekolah
menggunakan istilah mutu pendidikan sebagaimana yang tertera dalam visi dan
misi sekolah. Mutu pendidikan di sekolah harus berisi beberapa unsur, yaitu: 1)
kepemimpinan yang kuat dan visioner, 2) pembelajaran yang berkualitas, 3)
standar yang jelas, asesmen, dan akuntabilitas, 4) sarana dan prasarana yang
cukup, 5) partisipasi keluarga, dan 6) keterlibatan komunitas.
Mutu pendidikan
menurut Chapmans dan Adams (2002), yaitu: 1) context: kualitas
pendidikan secara jelas boleh mengacu pada input (jumlah guru, banyaknya
pelatihan guru, banyaknya buku teks); 2) process: kualitas pendidikan
boleh mengacu pada jumlah waktu pembelajaran langsung dan peningkatan belajar
aktif; 3) output: kualitas pendidikan boleh mengacu pada skor tes dan
jumlah rata-rata lulusan yang tinggi; dan 4) outcome: kualitas
pendidikan boleh mengacu pada kinerja atau pencapaian target dan tujuan
spesifik.
Memang konsep mutu
sangat beragam, tergantung pada perspektif dan pendekatan yang digunakan. Dunia
industri memiliki definisi sendiri mengenai mutu, karena mutu atau kualitas
bertalian produk yang dihasilkan berupa barang dan atau jasa. Dunia pendidikan
mengklaim bahwa mutu pendidikan tidak saja pada output, proses dan hasil tetapi
masih ada faktor-faktor lain misalnya: biaya, sistem, sarana prasarana, tenaga
pendidik dan sebagainya.[4]
Berbagai pendapat
diatas menunjukkan bahwa mutu adalah suatu keharusan dan menjadi cita-cita baik
sebagai peserta didik, tenaga pendidik, orang tua, masyarakat maupun setiap
institusi pendidikan. Sehingga mutu menjadi sesuatu yang sangat penting karena
berkaitan dengan kualitas produk atau lulusan lembaga pendidikan formal maupun
non formal yang mampu berkompetisi sesuai tuntutan dunia bisnis dan industri.
Oleh karena itu diharapkan agar semua pihak yang terkait dapat ikut
berpartisipasi dalam melakukan perbaikan mutu sekolah.
B. MANAGEMEN
PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH
Managemen peningkatan mutu berbasis
sekolah merupakan pendekatan baru dalam pengelolaan pendidikan yang menekankan
pada kemandirian dan kreativitas sekolah atau satuan pendidikan. Konsep ini diperkenalkan
oleh teori effective school yang memfokuskan diri pada perbaikan proses pendidikan (Edmond
1979). Beberapa indikator yang
menunjukkan karakter dari konsep managemen ini antara lain: (i) lingkungan
sekolah yang aman, nyaman, dan tertib; (ii) sekolah memiliki visi, misi, dan target
mutu yang ingin dicapai; (iii) sekolah memiliki manajerial yang kuat; (iv)
adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainya termasuk
siswa) untuk berprestasi; (v) adanya pengembangan staf sekolah yang
terus-menerus sesuai tuntutan kebutuhan dan IPTEK; (vi) adanya pelaksanaan evaluasi
yang terus-menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif, dan
pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan atau perbaikan mutu; serta {vii}
adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid atau masyarakat.
Pengembangan konsep managemen ini didesain untuk meningkatkan kemampuan sekolah
dan masyarakat dalam mengelola perubahan pendidikan kaitannya dengan tujuan
keseluruhan, kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang telah
ditentukan oleh pemerintah dan otoritas pendidikan. Pendidikan ini menuntut
adanya perubahan sikap dan tingkah laku seluruh komponen sekolah: kepala
sekolah, guru dan tenaga atau staf administrasi termasuk orang tua dan
masyarakat dalam memandang, memahami,
membantu sekaligus sebagai pemantau yang melaksanakan monitoring dan evaluasi
dalam pengelolaan sekolah yang bersangkutan dengan didukung oleh pengelolaan
sistem informasi yang presentatif dan valid. Akhir dari semua itu ditujukan
kepada keberhasilan sekolah untuk menyiapkan pendidikan yang berkualitas atau
bermutu bagi masyarakat.
Dalam mengimplementasikan konsep ini,
sekolah hendaknya memiliki tanggung jawab untuk mengelola dirinya berkaitan
dengan permasalahan administrasi, keuangan, dan fungsi setiap personel sekolah
di dalam kerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Bersama-sama
dengan orang tua dan masyarakat, sekolah harus membuat keputusan, mengatur
skala prioritas disamping harus menyediakan lingkungan kerja yang kondusif bagi
guru, dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta keyakinan masyarakat
tentang sekolah atau pendidikan. Kepala sekolah harus tampil sebagai
koordinator dari sejumlah orang yang mewakili
berbagai kelompok yang berbeda di dalam masyarakat sekolah dan secara
profesional harus terlibat dalam setiap proses perubahan di sekolah melalui
penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kualitas total dengan menciptakan
kompetisi dan penghargaan di dalam sekolah itu sendiri maupu sekolah lain.
Ada empat hal yang terkait dengan
prinsip-prinsip total quality management,
yaitu (i) perhatian harus ditekankan kepada proses secara terus-menerus mengumandangkan
peningkatan mutu; (ii) kualitas atau mutu harus ditentukan oleh pengguna jasa
sekolah; (iii) prestasi harus diperoleh melalui pemahaman visi bukan dengan
pemaksaan aturan; (iv) sekolah harus menghasilkan siswa yang memiliki ilmu
pengetahuan, sikap, keterampilan, karakter, dan memiliki kematangan emosional.
Sistem kompetisi tersebut akan mendorong sekolah untuk terus meningkatkan diri,
sedangkan penghargaan akan dapat memberikan motivasi dan meningkatkan
kepercayaan diri setiap personel sekolah khususnya siswa. Jadi, sekolah harus
mengontrol semua sumber daya termasuk sumber daya manusia yang ada, dan lebih
lanjut menggunakan secara lebih efisien sumber daya tersebut untuk hal-hal yang
bermanfaat bagi peningkatan mutu khususnya. Sementara itu, kebijakan makro yang
dirumuskan oleh pemerintah atau otoritas pendidikan lainnya masih diperlukan
dalam rangka menjamin tujuan-tujuan yang bersifat nasional dan akuntabilitas
yang berlingkup nasional.[5]
C. TUJUAN
MANAGEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH
Tujuan Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah adalah:
a. Menyosialisasikan
konsep dasar manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah khususnya kepada
lembaga pendidikan dan masyarakat;
b. Memperoleh
masukan agar konsep managemen ini dapat diimplementasikan dengan mudah dan
sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah yang memiliki keragaman kultural,
sosio-ekonomi masyarakat, dan kompleksitas geografisnya;
c. Menambah
wawasan pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat sekolah dan individu yang
peduli terhadap peningkatan mutu pendidikan;
d. Memotivasi
sekolah untuk terlibat dan berpikir mengenai peningkatan mutu pendidikan pada
sekolahnya masing-masing;
e. Menggalang
kesadaran sekolah untuk ikut serta secara aktif dan dinamis dalam mensukseskan
peningkatan mutu pendidikan;
f. Memotivasi
timbulnya pemikiran-pemikiran baru dalam mensukseskan pembangunan pendidikan
dari individu dan masyarakat sekolah yang berada di garis paling depan dalam
proses pembangunan tersebut;
g. Menggalang
kesadaran bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua
komponen masyarakat, dengan fokus peningkatan mutu yang berkelanjutan
(terus-menerus) pada tataran sekolah;
h. Mempertajam
wawasan bahwa mutu pendidikan pada tiap sekolah harus dirumuskan dengan jelas
dan dengan target mutu yang harus dicapai tiap tahun, sehingga dapat mencapai
misi yang telah di tetapkan .[6]
D. STRATEGI
PELAKSANAAN MANAGEMEN PENINGKATAN MUTU DI TINGKAT SEKOLAH
Dalam rangka mengimplementasikan konsep
managemen peningkatan mutu yang berbasis sekolah ini, maka melalui partisipasi
aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru, dan staf lainya maka sekolah
harus melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut:
·
Penyusunan basis data
dan profil sekolah lebih presentatif, akurat, valid, dan secara sistematis
menyangkut berbagai aspek akademis, adminstratif (guru, siswa, staf), dan
keuangan;
·
Melakukan evaluasi diri
(self assessment) untuk menganalisis
kekuatan dan kelemahan mengenai sumber daya sekolah, personel sekolah, kinerja
dalam mengembangkan dan mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai
siswa berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan keterampilan, maupun aspek
lainya.
·
Berdasarkan analisis
tersebut sekolah harus mengindentifikasikan kebutuhan sekolah dan merumuskan
visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas bagi
siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai.
·
Berangkat dari visi,
misi, dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama dengan
masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka
pendek (tahunan termasuk anggarannya).
·
Prioritas sering kali
tidak dapat dicapai dalam jangka waktu satu tahun program sekolah. Oleh karena
itu, sekolah harus membuat strategi perencanaan dan pengembangan jangka panjang
melalui identifikasi kunci kebijakan dan prioritas. Perencanaan jangka panjang
ini dapat dinyatakan sebagai strategi pelaksanaan perencanaan yang harus
memenuhi tujuan esensial, yaitu: (1) mampu mengidentifikasi perubahan pokok di
sekolah sebagai hasil dari kontribusi berbagai program sekolah dalam periode
satu tahun, serta (2) keberadaan dan kondisi natural dan strategi perencanaan
tersebut harus meyakinkan guru dan staf lain yang berkepentingan (yang sering
kali merasakan tertekan karena perubahan dirasakan harus melaksanakan total dan
segera) bahwa walaupun perubahan besar diperlukan dan direncanakan sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran siswa, tetapi mereka disediakan waktu yang
representatif untuk melaksanakannya, sementara urutan dan logika pengembangan
telah juga di sesuaikan.
·
Melakukan monitoring
dan evaluasi (money) untuk meyakinkan apakah program yang telah
direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, apakah tujuan telah
tercapai, dan sejauh mana pencapaiannya.[7]
Beragamnya kondisi lingkungan
sekolah maupun kebutuhan masing-masing siswa, seringkali mengakibatkan
ketidakcocokan atau ketidaksempurnaan dalam melaksanakan strategi diatas. Oleh
karena itu, kita tidak bisa memukul rata semua lembaga pendidikan yang ada,
karena setiap lembaga pendidikan memiliki masalahnya masing-masing. Jalan keluar
yang tepat adalah dengan melakukan observasi terhadap lembaga tersebut dan juga
melakukan pendekatan yang intensif dengan warga sekolah atau lembaga tersebut.
Sehingga, kita bisa mengetahui strategi apa yang baiknya kita gunakan untuk
perbaikan atau peningkatan mutu di sekolah atau lembaga pendidikan tersebut.
E.
SISTEM PEJAMINAN
MUTU
1. Konsep
Penjaminan Mutu
Keputusan yang dihasilkan melalui teknik
statistik sering kali tidak dapat dilayani oleh pola pengambilan keputusan yang
ada. Pengendalian mutu (quality control) berkembang menjadi penjaminan
mutu (quality assurance). Penjaminan
mutu difokuskan untuk memastikan proses dan kualitas hasil melalui pelaksanaan
audit, pelatihan, analisis kinerja, dan petunjuk operasi untuk peningkatan
mutu.
Secara umum penjaminan mutu satuan
pendidikan atau sekolah merupakan proses penetapan dan pemenuhan standar mutu
pengelolaan satuan pendidikan atau sekolah secara konsisten dan berkelanjutan
sehingga seluruh pemakai lulusan (stakeholders)
memperoleh kepuasan (stakeholders
satisfaction).[8]
2.
Tujuan Penjaminan Mutu
Secara umum tujuan penjaminan mutu
pendidikan adalah untuk merencanakan, mencapai, memelihara, dan meningkatkan
mutu pendidikan secara berkelanjutan pada satuan
pendidikan tertentu.
3.
Pendekatan Perbaikan Mutu
Ada
empat pendekatan dalam perbaikan mutu yaitu sebagai berikut.
a.
Preliminary
Control,
yaitu bersifat pencegahan untuk menghindari mutu yang tidak diharapkan dan
proaktif untuk menggapai mutu yang semakin meningkat. Pendekatan ini difokuskan
pada input atau sumber penyebabnya.
b.
Concurrent
Control,
dilakukan terhadap kegiatan yang telah dilakukan dan menggambarkan pengendalian
operasional. Fokus dari pendekatan ini, yaitu ada transformasi atau proses.
c.
Rework
Control,
dilakukan apabila pendekatan kesatu dan kedua gagal sehingga perlu rework
terhadap defect dan output yang tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Fokus dari pendekatan ini pada komponen output.
d.
Damage Control, dilakukan
untuk meminimalkan dampak negatif dari
tidak tercapainya tujuan yang diharapkan. Fokus dari pendekatan ini, yaitu pada
komponen nilai bagi stakeholder.
4.
Prinsip Pengendalian Mutu
Prinsip pengendalian mutu dalam ragka
penjaminan mutu pendidikan pada tingkat satuan pendidikan didasarkan pada
prinsip–prinsip berikut.
a.
Quality
First,
yaitu seluruh pikiran dan tindakan kepala/pimpinan pada berbagai tingkat
organisasi atau unit disatuan pendidikan harus mengutamakan atau
memprioritaskan mutu.
b.
Stakeholder-In,
yaitu seluruh pikiran dan tindakan kepala/pimpinan pada berbagai tingkat
organisasi atau unit disatuan pendidikan harus ditunjukan pada kepuasan
stakeholders.
c.
The
next process is Our
stakeholders, yaitu setiap orang yang melakukan
tugas dalam penyelenggaraan proses pendidikan di sekolah harus menganggap pihak
lain yang menggunakan hasil pelaksanaan tugasnya sebagai stakeholders yang
harus dipuaskan.
d.
Speak
with Data,
yaitu setiap orang menyelenggarakan proses pendidikan di sekolah dalam
melakukan tindakan dan pengambilan keputusan harus didasarkan pada hasil
analisis data yang akurat dan relevan.
e.
Upstream
Management,
yaitu seluruh pengambilan keputusan dalam menyelenggarakan proses pendidikan di
sekolah dilakukan secara partisipasif.
5.
Proses Pengendalian Mutu
Proses pengendalian mutu dalam rangka
penjaminan mutu pendidikan di sekolah mengarah pada pengendalian mutu berbasis
plan, do, check, action, (PDAC). Proses ini sesuai dengan model TQM sebagai
model pengendalian mutu yang sering digunakan dalam lembaga/sekolah. Proses
pengendalian mutu berbasis PDAC akan menghasilkan penghasilan secara
berkelanjutan atas mutu pendidikan.
Apabila hasil evaluasi ternyata mencapai
standar mutu yang ditetapkan, sebagaimana dirumuskan dalam bentuk perencanaan
pembelajaran (RPP) ,maka prosses perencanaan (Plan) berikutnya untuk standar
mutu ditingkatkan sehingga terjadi perbaikan mutu berkelanjutan. Namun, apabila
hasil evaluasi ternyata standar yang telah ditetapkan sebagaimana dirumuskan
dalam RPP belum atau tidak tercapai, maka harus dilakukan tindakan atau action
agar standar sasaran mutu dapat tercapai. Aksi yang dapat dilakukan adalah
melakukan pengulangan pembahasan pokok materi yang bersangkutan sampai tujuan
pembelajaran dapat tercapai.[9]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Managemen mutu sekolah merupakan suatu
aktivitas managemen untuk mengelola mutu sekolah. Sehingga, mutu pada tiap
sekolah dapat terus mengalami perbaikan dan peningkatan.
Manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah merupakan pendekatan baru dalam pengelolaan pendidikan yang menekankan
pada kemandirian dan kreativitas sekolah atau satuan pendidikan. Konsep ini diperkenalkan
oleh teori effective school yang memfokuskan diri pada perbaikan proses pendidikan (Edmond
1979).
Tujuan managemen peningkatan mutu
berbasis sekolah salah satumya adalah untuk bisa memotivasi sekolah untuk terus
meningkatkan mutunya terutama di bidang pendidikan. Selain itu, untuk menambah
dan memperbaiki mutu sekolah di setiap bidang agar terus mengalami perkembangan
sehingga dapat menunjang atau memberi dukungan yang maksimal terhadap proses
belajar siswanya.
Strategi utama pelaksanaan managemen
peningkatan mutu di tingkat sekolah dengan cara melakukan evaluasi diri (self
assessment) terhadap sumber daya sekolah maupun warga sekolah yang
bertujuan untuk menganalisis kekuatan
maupun kelemahan yang ada dalam sekolah tersebut. Sehingga, sekolah dapat
mengetahui hal apa saja yang perlu ditingkatkan maupun dipertahankan dalam
upaya peningkatan mutu sekolah itu sendiri.
Pada dasarnya mutu
pendidikan di sekolah berkaitan dengan pencapaian tujuan pendidikan dan kompetensi
lulusan yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan di dalam program kegiatan
atau kesesuaian tujuan dan kompetensi dengan standar yang telah ditetapkan.
Penjaminan mutu berkaitan erat dengan keseluruhan aktifitas dalam berbagai
bagian dari suatu sistem untuk memastikan bahwa mutu layanan yang dihasilkan
itu konsisten dan sesuai dengan apa yang telah direncanakn atau ditetapkan . Secara
umum penjaminan mutu satuan pendidikan atau sekolah merupakan proses penetapan
dan pemenuhan standar mutu pengelolaan satuan pendidikan atau sekolah secara
konsisten dan berkelanjutan sehingga seluruh pemakai lulusan (stakeholders) memperoleh kepuasan (stakeholders satisfaction).
B. SARAN
Didalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh
karena itu, kami mohon kriti dan saran yang bersifat membangun dari setiap
pihak yang terkait. Sehingga, kami dapat menjadikannya sebagai motivasi guna
perbaikan dalam proses belajar kami selanjutnya. Penulis juga berharap agar
setiap isi dari makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Amtu, Onisimus. 2011. Manajemen
Pendidikan Di
Era Otonomi
Daerah.
Bandung:
Alfabeta.
Rusman. 2012. Manajemen
Kurikulum. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Suharsaputra, Uhar.
2010. Administrasi Pendidikan. Bandung : Retika Admata
[1] Rusman, Manajemen
Kurikulum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012, hlm. 549.
[2]Ibid, hlm. 550.
[3]Onisimus Amtu, Managemen
Pendidikan Di Era Otonomi Daerah, Bandung: Alfabeta, 2011, hlm. 233.
[4]Ibid, hlm. 138-140.
[5] Rusman, Manajemen
Kurikulum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012, hlm. 553-554.
[7]Ibid, hlm.556-558.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar